Renungan Harian HKBP | 20 Agustus 2023 (Evangelium)

Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan buat penyertaanMu pada kami di hari Minggu yang Engkau kuduskan ini, untuk beribadah memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.  

 

Renungan: 

BANGSA-BANGSA BERSYUKUR ATAS KEMURAHAN ALLAH

Nas Evangelium: Roma 11:1-2a; 29-32

 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, pernahkah kita mengalami penolakan? Sungguh sakit rasanya jika mengalami penolakan, misalnya ditolak ketika melamar pekerjaan, penolakan terhadap suatu proposal permohonan kegiatan, ditolak dalam pertemanan dan pergaulan hidup sehari-hari serta berbagai bentuk penolakan lainnya. Tindakan penolakan, atas dasar apapun itu, merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan bagi orang yang mengalaminya. Tentulah kita semua tidak menyukai dan tidak mengharapkan adanya penolakan dalam berbagai aspek kehidupan kita.

 

Nas khotbah pada hari Minggu ini juga berbicara tentang penolakan dalam pemahaman teologis khususnya dalam bentangan sejarah keselamatan oleh Allah terhadap umat manusia di dunia ini. Rasul Paulus dalam sapaannya kepada jemaat di Roma khususnya dalam pasal 11 ini, memulainya dengan sebuah pertanyaan retorik: ”Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya?” Pertanyaan ini serta merta langsung dijawab Paulus dengan tegas: ”Sekali-kali tidak”. Dalam teks bahasa Yunani kita menemukan kata me genoito, artinya: sekali-kali tidak, yang menunjukkan sebuah kepastian; yang dalam banyak terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan sebagai: Absolutely not! Melalui pernyataan ini Paulus menegaskan tentang Allah yang berdaulat atas segala rencana dan kehendakNya, yang telah dinyatakanNya dari sejak semula, khususnya dalam hal pemilihan terhadap orang Israel atau Yahudi sebagai umat pilihanNya. Pertanyaan ini sebenarnya adalah pertanyaan yang sederhana yang langsung dapat diketahui jawabannya secara pasti. Namun hal ini juga sekaligus menjadi suatu pertanyaan yang sangat menyedihkan dan menyusahkan hati Paulus. Mengapa? Karena Paulus juga adalah bagian yang tidak terpisahkan dari umat itu. Lihat saja dia harus menjelaskan secara mendetail tentang identitasnya sebagai orang Israel dan berasal dari suku Benyamin; di mana keterangan seperti ini hanya dua kali ditemukan dalam surat-suratnya (band. Flp 3:5). Pernyataan tentang kedaulatan Allah atas rencana keselamatan yang dirancangkanNya itu membawa Paulus sampai pada kesimpulan yang menyatakan: Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Namun, apakah yang dapat kita katakan tentang penolakan orang-orang Israel terhadap rencana keselamatan yang ditawarkan Allah itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, William Barclay, seorang teolog dan penafsir Alkitab, mengatakan bahwa argumentasi Paulus dalam hal ini adalah bahwa bangsa Yahudi sebenarnya tidak ditolak; tetapi bukan bangsa itu secara keseluruhan, melainkan sisa yang setia di tengah bangsa itulah yang patut disebut orang-orang Yahudi yang sejati. Dengan demikian dalam pemikiran Yahudi muncul gagasan tentang ”sisa” sebagaimana nabi Yesaya yang berkali-kali menyatakan gagasan tentang sisa yang setia yang akan diselamatkan Allah (Yes 7:3; 8:2, 18; 9:12; 6:9-13).

 

Selanjutnya oleh karena ketidakpercayaan atau penolakan oleh Israel terhadap keselamatan dari Allah itu justeru membuka pintu bagi keselamatan bangsa-bangsa lain. Karena Israel tidak mau menerima kabar baik itu maka anugerah itu diberikan kepada bangsa lain yang bersedia menerimanya. Dalam bagian selanjutnya khotbah ini (ay. 29-32), Paulus dengan lugas menuliskan bahwa ketika orang-orang Yahudi telah menolak Kristus maka penolakan itu mengakibatkan Kristus dapat diberitakan kepada bangsa-bangsa lain. Untuk menjelaskan kebesaran rencana keselamatan oleh Allah itu, Paulus dengan panjang lebar menjelaskan bahwa Allah sendirilah yang telah mengeraskan hati orang-orang Yahudi supaya terbuka jalan bagi bangsa-bangsa lain; tetapi Allah tetap menuntut tanggung jawab pribadi orang-orang Yahudi atas kegagalan mereka menerima tawaran keselamatan dariNya. Dengan kata lain, Paulus melihat suatu paradoks tentang kedudukan orang Yahudi dalam dalam rencana Allah. Supaya bangsa-bangsa lain bisa masuk dan tujuan universal dari Injil bisa dipenuhi, orang Yahudi telah tiba pada situasi dimana mereka disebut sebagai seteru Allah (band. Ay. 28). Orang-orang Yahudi adalah seteru Allah oleh karena menolak tawaranNya sehingga mereka tidak disenangi Allah. Namun di sisi yang lain, tak ada yang dapat mengubah kenyataan, bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah dan mempunyai tempat yang khusus dalam rencanaNya. Dengan demikian penolakan Allah terhadap orang Yahudi tidak selamanya dan pada akhirnya mereka akan kembali juga (band. Yes 59:20-21). Oleh sebab itu dalam ayat 29-32 ini berkali-kali kita melihat Paulus memakai istilah kasih karunia (Yun.: charismata) dan kemurahan (Yun.: eleethete) Allah di satu pihak diperbandingkan dengan ketidaktaatan manusia di pihak lainnya. Berangkat dari perbandingan tersebut Paulus tiba pada pernyataan di ayat 32: Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua. Bagaimana kita memahami pernyataan ini? Paulus hendak mengatakan, Allah melibatkan orang-orang Yahudi dalam ketidaktaatan supaya ketika keselamatannya datang kepada mereka, keselamatan itu diterima sebagai suatu anugerah atau kemurahan Allah dan sama sekali bukan kebaikan mereka. Baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, menerima keselamatan oleh karena anugerah atau kemurahan Allah. Dengan demikianlah tepatlah yang dikatakan oleh topik Minggu ini: Bangsa-bangsa bersyukur atas kemurahan Allah. Ya, kemurahan Allah itu menjadikan kita sebagai anak-anakNya yang dipilih dan dikasihiNya sebagai umat yang menerima keselamatan dari dosa, maut dan kuasa si jahat; melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Juruselamat kita.  


Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, khotbah ini mengingatkan dan menasihatkan kita agar senantiasa mengimani dan menerima keselamatan dari Allah. Melalui segala rencana dan tindakanNya yang tak terselami oleh manusia itu, Allah senantiasa menunjukkan tujuan keselamatan umatNya dan bukan kebinasaan. Seringkali akal pikiran dan logika kemanusiaan acapkali gagal memahami maksud dan kehendak Allah dalam rencana keselamatan dunia di dalam Yesus Kristus. Sebagai pengikut Kristus, tentulah kita harus tetap meyakini kuasa Allah yang senantiasa memegang kendali atas segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dan segala maksud kehendak Allah tak penah dapat digagalkan oleh siapapun juga. Tak ada satu pun yang pernah dan akan terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini di luar kendali dan pengawasan Allah; baik dalam hal suka maupun duka, sehat maupun sakit, saat beruntung maupun merugi dan berbagai situasi lainnya. Kekayaan, hikmat dan pengatahuan Allah alangkah dalamnya sehingga manusia tak mampu menyelami keputusan-keputusan dan jalan Tuhan yang berliku-liku serta beraneka ragam itu (band. ay. 33). Namun satu hal yang pasti adalah Tuhan senantiasa menyediakan kasih karunia dan kemurahanNya yang melimpah itu kepada setiap orang percaya sehingga kita dapat memahami keajaiban kuasa Allah. Allah tidak pernah menolak keberadaan kita, bagaimanapun situasi dan kondisi kehidupan yang kita jalani saat ini, sebaliknya Dia senantiasa menerima keberadaan kita dengan tangan terbuka, lemah lembut dan penuh kemurahan hati sehingga kita beroleh kelegaan dan jiwa kita mendapat ketenangan (band. Mat 11:28-30). Oleh sebab itu, janganlah mengeraskan hati ketika mendengarkan firmanNya dan janganlah hidup dalam berbagai perilaku ketidaktaatan yang tiada gunanya. Tetapi dengan sikap rendah hati, percaya dengan sungguh-sungguh dan dengan ketulusan hati, terimalah kasih karunia Allah itu dan hiduplah dalam kemurahan kasih setiaNya yang ajaib itu yang senantiasa menuntun dan mengarahkan jalan kehidupan kita seturut dengan kehendak Allah. Amin.  

 

Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari Minggu ini, yang telah mengingatkan kami untuk senantiasa menghidupi kasih karunia dan kemurahan hatiMu. Seringkali kami tidak dapat menyelami dan memahami kehendakMu dalam hidup kami oleh sebab kami hidup dalam kekerasan hati dan ketidaktaatan yang dapat menjauhkan kami dari kehendakMu. Oleh sebab itu ajarlah kami melalui Roh Kudus agar kami dibimbing, dimampukan dan dikuatkan dalam memahami kedalamana segala maksud kehendakMu dalam segenap perjalanan kehidupan kami sehingga kami menjadi anak-anakMu dan umat pilihanMu yang senantiasa taat, setia dalam iman, hidup dalam pengharapan dan berkomitmen dalam kasih kami kepadaMu dan juga kasih kami terhadap sesama manusia. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.


Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th- Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia

Pustaka Digital